Penulis: Mahirotul Haromaini
Pandemi COVID19 belum juga pulih, angka
kematian juga semakin bertambah. Hal ini menyebabkan pemerintah menerapkan PSBB
di beberapa daerah. Namun keadaan ini tak menyurutkan semangat para pejuang
ilmu untuk tetap belajar dan mengajar. Pada tulisan saya kali ini, saya akan
sedikit menceritakan beberapa guru yang kreatif dan ispiratif di tengah pandemi
saat ini. Dalam artikel yang sebelumnya saya telah menceritakan sedikit
mengenai contoh guru yang kreatif dan inspiratif yaitu Bapak Ujang Setiawan
Firdaus yang merupakan seorang guru di SDN Purbayani 1 Kecamatan Caringin,
Kabupaten Garut. Ketika pemerintah menetapkan pembelajaran daring di tengah
pandemi seperti ini, Pak Ujang memikirkan nasib para siswanya, beliau berfikir
bahwa tidak semua siswanya memiliki Hand Phone, tak hanya itu system layanan
internet yang belum terjangkau oleh daerah tersebut menjadi salah satu alasan
Pak Ujang untuk memutuskan mengajar muridnya secara langsung dirumah
masing-masing. Beliau melakukan hal itu, karena beliau merasa bahwa setiap siswanya
berhak untuk belajar dan guru memiliki kewajiban akan hal itu, di tengah
keterbatasan situasi dan kondisi beliau tetap mengajar demi para siswanya.
Beralih dari kisah tersebut, hal yang
serupa juga dilakukan oleh seorang Guru asal Sumenep, yaitu Bapak Avan
Fathurrohman. Beliau adalah Seorang guru di SDN Batuputih Laok 3 Desa Batuputih
Laok Kecamatan Batuputih. Beliau rela untuk berkeliling ke rumah siswa tiga
kali dalam seminggu, dengan jarak tempuh yang jauh serta medan yang cukup sulit.
Alasan yang diungkapkan Pak avan tidak Jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh
Pak Ujang, akibat terkendala dengan alat eletronik dan layanan internet beliau
melakukan hal yang luar biasa demi kebaikan para siswanya. Pak Avan menututurkan
bahwa beliau sedikit lega ketika pemerintah menyediakan layanan edukasi melalui
TVRI sehingga ia menghimbau kepada siswanya untuk mengikuti progam tersebut.
Namun, akibat dari tiga sampai lima siwanya tidak memiliki televesi beliau
memutuskan untuk kembali mengajar di rumah siswa masing-masing. Sungguh mulia
hati mereka, hingga rela menunaikan kewajiban demi memenuhi hak dari siswanya.
Berbeda dengan Pak Ujang dan Pak Avan yang
mengajar di daerah pelosok sehingga rela melakukan hal demikian. Beralih ke
daerah kota ada seorang guru dari kota Semarang yang bisa dibilang sebagai guru
kreatif dalam mengatasi pembelajaran daring saat ini, yaitu Ibu Yuyun. Beliau merupakan
seorang guru di SMA 5 kota Semarang yang mengajar mata pelajaran Bahasa Jawa,
salah satu mata pelajaran yang mungkin saat ini kurang diminati oleh siswa. Dalam
sebuah wawancaranya bersama bapak Gubernur kota Semarang yaitu Bapak Ganjar
Pranowo, beliau mengatakan bahwa memiliki cara tersendiri dalam melakukan
pembelajaran daring, beliau juga mengatakan bahwa perbedaan konsep dari setiap
guru serta layanan internet yang kurang memadai bagi daerah pelosok
mengakibatkan adanya perbedaan penerapan dalam pembelajaran daring saat ini.
Banyaknya guru yang kurang memahami teknologi serta layanan internet yang
kurang memadai mengakibatkan guru hanya bisa memberikan tugas sebagai langkah
praktis yang mereka dilakukakan. Namun berbeda dengan bu Yuyun beliau tidak
pernah memberikan tugas dalam pembelajaran daring beliau lebih memilih untuk
mengunakan system diskusi forum interaksi dengan menggunakan aplikasi OFFICE
365, yang mana di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan siswa.
Selain itu sebelum pembelajaran dimulai beliau selalu melakukan absen dan
beliau sangat jelih apabila ada siswanya yang belum absen hingga batas waktu
yang beliau tentukan, biasanya beliau bertanya hal tersebut kepada siswanya dan
tak jarang ada beberapa dari mereka yang merespon dan menjawab alasan dari
temannya yang belum absen. Dalam akhir pembelajarnpun demikian, beliau selalu
meminta tanggapan kepada siswanya mengenai pembelajaran yang telah dilakukan,
dan kebanyakan banyak yang merespon bahwa pembelajaran daring itu menyenangkan.
Menurut Ibu Yuyun untuk mendapatkan respon yang baik diperlukan interaksi yang
baik antara siswa dan guru apabila seorang guru sudah mampu memahami karakter
siswa maka guru mudah dalam mengambil hati siswanya. Beliau juga menuturkan
bahwa dalam kasus ini tidak ada yang bisa disalahkan jika masalah tugas yang
menumpuk biasanya terjadi ketika siswa tidak mengerjakannya sesuia jam yang
ditentukan, hal itu beliau katakana sesuai dengan pengalaman dari anak beliau
sendiri.
Kisah inspiratif tidak hanya dari kalangan
kota dan desa namun dari kalangan pesantren. Saat ini banyak pesantren yang ikut
mengakses pengajian online kitab kuning untuk mengisi ramadhan tahun ini,
seperti yang saya tuliskan pada artikel saya sebelumnya. Beberapa kisah guru di
atas adalah beberapa contoh guru yang kreatif dalam mengatasi permasalahan,
beliau tidak hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri tapi juga masih
memikirkan hak peserta didiknya. Berbeda tempat berbeda pula masalah yang
dihadapi, berbeda konsep berbeda pula cara mengimplikasikannya, namun jika hati
dan fikiran saling bekerjasama akan menghasilkan solusi yang saling
menguntungkan diantara keduanya. Guru yang dibutuhkan tidak hanya guru yang
cerdas secara segi intelektual tapi guru yang kreatif dalam proses pembelajaran
dan mengatasi permasalan, pekerjaan guru harus diniatkan dari hati mengabdi
tidak untuk kepentingan pribadi dan rezeki sudah ada pengaturnya sendiri. Jika
sudah ditanamkan dalam hati maka akan ikhlas dalam mengerjakan tugasnnya. Untuk
para generasi muda yang akan menjadi guru maka persiapkan dirimu, negeri ini
menunggu aksi dan hasilmu, jadilah guru kreatif yang mampu membuat peserta
didik aktif tanpa terkikis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar